Makalah Manusia dan Kebudayaan
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................
v
DAFTAR ISI
...............................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH ..................................................................
1
B.
RUMUSAN MASALAH ..................................................................................
1
C.
TUJUAN ..........................................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A.
MANUSIA ........................................................................................................
2
B.
HAKIKAT MAN ...............................................................................................
4
C.
PENGERTIAN KEBUDAYAAN ......................................................................
5
D.
UNSUR – UNSUR KEBUDAYAAN ...............................................................
7
E.
WUJUD KEBUDAYAAN
.................................................................................
9
F.
ORIENTASI NILAI BUDAYA ..........................................................................
9
G.
PERUBAHAN KEBUDAYAAN
...................................................................... 11
H.
KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN ..................................................
12
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN
.................................................................................................
14
B.
SARAN
..............................................................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................
15
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya haturkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Judul
makalah yang saya ambil adalah “Manusia dan Kebudayaan”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i Universitas
Gunadarma.
Saya menyadari atas kekurangan kemampuan
saya dalam pembuatan makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar
bagi saya apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah
ini akan lebih baik lagi untuk tugas membuat makalah berikutnya.
Demikian akhir kata dari saya, semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai media pembelajaran dalam
dunia kebudayaan.
Depok, 19 Maret 2018
Penulis
( Annisa Dewi Rakhmawati )
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia dan kebudayaan adalah satu hal yang tidak dapat dipisahkan karena
dimana manusia itu hidup dan menetap pasti manusia akan hidup sesuai dengan
kebudayaan yang ada di daerah yang di tinggalinya. Sedangkan Manusia atau orang
dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan istilah
kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti “manusia yang tahu”), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi
di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan
atau makhluk hidupSelain itu manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi
satu sama lain dan melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan tertentu yang pada
akhirnya menjadi budaya yang biasa mereka lakukan. Kebudayaan adalah produk
manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain,
kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup
ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup
manakala ada manusia sebagai pendudukungnya dan kebudayaan mempunyai kegunaan
yang sangat besar bagi manusia di dalam kehidupannya.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan
masalah dari penulisan ini, yaitu :
1.
Bagaimana kita dapat
menjelaskan unsur-unsur yang membangun manusia?
2.
Bagaimana kita dapat
menjelaskan dan membedakan hakekat manusiawi?
3.
Bagaimana kita dapat
menjelaskan kepribadian dari bangsa timur?
4.
Apa pengertian dari
kebudayaan?
5.
Apa saja unsur-unsur dari
kebudayaan itu?
6.
Bagaimana kita dapat
menyebutkan 3 wujud kebudayaan berdasarkan dimensinya?
7.
Bagaimana kita dapat
menggunakan 5 masalah pokok kehidupan manusia?
8.
Bagaimana perubahan
kebudayaan itu bisa terjadi berdasarkan faktor yang mempengaruhi?
9.
Apa saja penyebab terjadinya
perubahan budaya
10.
Bagaimana kita dapat
menjelaskan kaitan antara manusia dengan kebudayaan?
C.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan ini adalah bagaimana mahasiswa dapat mengetahui Kebudayaan dalam kehidupan manusia memegang peranan penting dengan
kebudayaan manusia merasakan adanya ketenangan batin yang tak bisa di dapatkan
dari manapun. Dengan mempelajari hubungan manusia dan kebudayaan dapat di
ketahui bahwa manusia membutuhkan kebudayaan untuk bersosialisasi dengan mahluk
yang lain. Bersosialisasi dan adaptasi sangatlah penting bagi manusia.
Kebudayaan dapat juga menjadi media penting dalam kehidupan manusia seperti
pendidikan, alat pemersatu, identitas, hiburan dan masih banyak lagi peranan
penting yang dimiliki kebudayaan. Dalam dunia pendidikan kebudayaan adalah
penunjang yang bertujuan memperkenalkan macam-macam kebudayaan, tujuan
dan fungsi kebudayaan dalam masyarakat, dengan cara semacam ini
diharapkan para generasi penerus dapat mempelajari dan mengetahui makna
kebudayaan. Dengan membahas materi tentang kebudayaan di harapkan dapat
nenambahkan wawasan pengetahuan dan kepedulian terhadap kebudayaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MANUSIA
Manusia dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan
yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk
Tuhan yang paling sempurna menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan
melestarikannya secara turun menurun. Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari
dan juga dari kejadian – kejadian yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Namun siapakah manusia itu sebenarnya? Manusia di
dunia ini memegang peranan yang unik dan dapat di pandang dalam beberapa segi.
Misalnya, manusia di pandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang
membentuk jaringan-jaringan system (ilmu kimia). Manusia merupakan makhluk
biologis yang tergolong dalam golongan mamalia (ilmu biologi). Manusia sebagai
makhluk social yang tidak dapat berdiri sendiri (ilmu sosiologi) dan lain
sebagainya.
Dari beberapa definisi di atas, tentu membuat kita
sulit untuk menjawab pertanyaan tentang manusia, oleh karena itu kita akan
menerangkan siapa itu manusia berdasarkan unsur-unsur yang membangunnya. Ada
dua macam pandangan yang akan menjadi acuan untuk menjelaskan unsur-unsur yang
membangun manusia.
·
Manusia terdiri dari empat
unsur yang saling terkait, yaitu:
1. Jasad : Badan kasar manusia yang
dapat kita lihat, raba bahkan di foto dan menempati ruang dan waktu.
2. Hayat : Mengandung unsur hidup, yang
di tandai dengan gerak.
3. Ruh : Bimbingan dan pimpinan
Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu
kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya
kebudayaan.
4. Nafs : Dalam pengertian diri atau
keakuan, yaitu kesadaran akan diri sendiri.( Asy’arie, 1992 hal: 62-84).
·
Manusia sebagai satu
kepribadian yang mengandung tiga unsur, yaitu:
1. Id, merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak
tampak. Id merupakan energi psikis yang irrasional dan terkait dengan sex yang
secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcius). Id
diatur oleh kesenangan yang harus di penuhi,baik secara langsung melalui
pengalaman seksual atau tidak langsung melalui mimpi atau khayalan.
2. Ego, sering disebut “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan
kepuasan Id dengan saluran sosial agar dapat di terima oleh masyarakat. Ego
diatur oleh prinsip realitas dan mulai berkembang pada anak antara usia satu
dan dua tahun.
3. Super ego, merupakan struktur kepribadian terakhir yang muncul kira-kira
pada usia lima tahun. Super ego menunjukan pola aturan yang dalam derajat
tertentu menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman
terinternalisasi. (freud, dalam Brennan, 1991; hal 205-206).
B. HAKIKAT MANUSIA
Hakikat Manusia adalah makhluk yang kuat, ada juga
yang menyebut hakikat manusia adalah makhluk yang sempurna , ada juga
yang menyebutnya makhluk paling cerdas dari semua itu menunjukan bahwa hakikat
manusia adalah mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat dan karakternya,
diciptakan dengan sebegitu sempurnanya.
·
Hakekat manusia adalah
sebagai berikut :
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
3. Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati.
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan
dengan potensi yang tak terbatas.
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan
sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya
tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Hakikat manusia sebagai mahluk yang kuat tentu karena manusia dicipta
dengan diberikan akal. Dengan akalnya manusia bisa mengalahkan terbangnya
burung yang terbang ke angkasa, dengan akalnya manusia bisa berenang di dasar
laut seperti ikan. Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai
kelebihan-kelebihan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan
manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang
bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak
diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut,
namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia.
C. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Dibawah ini pengertian kebudayaan menurut para ahli :
·
Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski
Mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Di sebut dengan
Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic.
·
Menurut Andreas Eppink
Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
·
Menurut Edward Burnett Tylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
·
Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi
Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
·
Menurut Koentjaraningrat
(2000:181)
Kebudayaan dengan kata dasar
budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari
buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan
budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan
kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. Jadi, kebudayaan atau
disingkat “budaya”, menurut Koentjaraningrat merupakan “keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”
Misalkan Kebudayaan Jawa :
Daerah
kebudayaan jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari
pulau jawa. Sungguhpun demikian ada daerah-daerah yang secara kolektif seiring
disebut daerah kejawen. Sebelum terjadi perubahan-perubahan status
seperti sekarang ini, daerah itu ialah Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta,
Madiun, Malang, dan Kediri. Daerah diluar itu dinamakan Pesisir dan Ujung
Timur.
Daerah Kejawen lainnya,
di dalam Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta sebelah selatan terdapat
kelompok-kelompok masyarakat orang jawa yang masih mengikuti atau mendukung
kebudayaan jawa ini. Di dalam pergaulan-pergaulan hidup maupun
perhubungan sosial sehari-hari mereka berbahasa Jawa. Pada
waktu mengucapkan bahasa daerah ini, seorang harus memperhatikan dan
membeda-bedakan keadaan orang yang diajak bicara atau sedang dibicarakan
berdasarkan usia maupun status sosialnya.
Jumlah penduduk
Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura menurut angka-angka sensus 1930 adalah
30.321.000 dengan padat penduduk rata-rata 402 per km2 ; sedangkan
lebih dari 30 tahun kemudian, ialah menurut angka-angka sensus 1961, penduduk
ketiga daerah tersebut adalah 42.471.000 dengan padat penduduk rata-rata
567 per km2.
Desa sebagai
tempat kediaman yang tetap pada masyarakat orang jawa, di daerah pedalaman,
adalah suatu wilayah hukum yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan tingkat
daerah paling rendah. Secara administratif desa langsung berada
dibawah kekuasaan pemerintah kecamatan dan terdiri dari dukuh-dukuh. Tiap-tiap
wilayah bagian desa ini diketuai oleh seorang kepala dukuh. Di
sini dijumpai sejumlah perumahan penduduk beserta tanah-tanah pekarangannya
yang satu sama lain dipisah-pisahkan dengan pagar-pagar bambu atau
tumbuh-tumbuhan. Dipandang dari bahan dan bentuknya, maka ada beberapa macam
rumah. Ada rumah yang dibangun memakai kerangka dari bambu, glugu ( batang
pohon nyiur ) atau kayu jati. Kemudian dinding-dindingnya terbuat dari gedek (
anyaman belahan bambu ) , papan atau tembok, dan atapnya berupa anyaman daun
kering ( blarak ) atau dari genting.
Selain sumber
penghidupan yang berasal dari pekerjaan-pekerjaan kepegawaian, pertukangan, dan
perdagangan, bertani juga merupakan salah satu mata pencaharian hidup
masyarakat orang jawa di desa-desa. Di dalam melakukan pekerjaan pertanian ini,
diantara mereka ada yang menggarap tanah pertaniannya untuk dibuat kebun kering
( tegalan ), terutama mereka yang hidup di daerah pegunungan , sedangkan yang
lain, yaitu yang bertempat tinggal di daerah-daerah yang lebih rendah
mengelolah tanah-tanah pertanian tersebut guna menjadikan sawah.
Sistem
kekerabatan orang Jawa itu berdasarkan prinsip keturunan bilateral.
Sedangkan istilah kekerabatannya menunjukkan sistem klasifikasi menurut
angkatan-angkatan. Semua kakak laki-laki serta kakak wanita ayah dan ibu,
beserta isteri-isteri maupun suami-suami masing-masing diklasifikasikan
menjadi satu dengan satu istilah siwa atau uwa. Adapun adik-adik dari ayah dan
ibu diklasifikasikan kedalam dua golongan yang dibedakan menurut jenis kelamin
menjadi paman bagi para adik laki-laki dan bibi bagi para adik wanita.
Agama Islam
umumnya berkembang baik dikalangan masyarakat orang jawa. Hal ini tampak nyata
pada bangunan-bangunan khusus untuk tempat beribadat orang-orang yang beragama
islam. Walaupun demikian tidak semua orang beribadat menurut agama islam,
sehingga berlandasan atas kriteria pemeluk agamanya, ada yang disebut islam
santri dan islam kejawen. Kecuali itu masih ada juga di desa-desa jawa orang
pemeluk agama Nasrani atau agama besar lainnya.
·
Havinghust dan Neugarten
menyatakan bahwa kebudayaan dapat didefinisikan sebagai cara bertingkah laku,
etiket, bahasa, kebiasaan, kepercayaan agama dan moral, pengetahuan, sikap dan
nilai-nilai yang merupakan hasil karya manusia seperti halnya bermacam-macam
benda termasuk di dalamnya alat-alat teknologi. Dari pendapat ini dapat kita
ketahui bahwa kebudayaan dapat berujud tingkah laku, hal-hal yang berupa
rohaniah dapat pula berupa barang-barang material.
·
Definisi Kebudayaan adalah
kebiasaan – kebiasaan suatu masyarakat yang dilakukan secara turun temurun
dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan setiap daerah memiliki
kebudayaan sendiri – sendiri.
D. UNSUR – UNSUR KEBUDAYAAN
Menurut Kluckhohn ada tujuh unsur dalam kebudayaan
universal, yaitu system religi dan upacara keagamaan, system organisasi
kemasyarakatan, system pengetahuan, system mata pencaharian hidup, system
tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian. Untuk lebih jelas,
masing-masing diberi uraian sebagai berikut.
1. Sistem religi dan upacara keagamaan, merupakan produk manusia sebagai homo
religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap
bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Mahabesar yang dapat
“menghitam-putihkan” kehidupannya. Oleh karena itu, manusia takut sehingga
menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk
kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kamauan manusia, dilakukan usaha yang
diwujudkan dalam system religi dan upacara keagamaan.
2. Sistem organisasi kemasyarakatan, merupakan produk dari manusia
sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya
manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang
merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
3. Sistem pengetahuan, merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga
dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah
diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan
pengetahuan ini menyebar luas.
4. Sistem mata pencaharian hidup, yang merupakan produk dari manusia sebagai
homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus
meningkat.
5. Sistem teknologi dan peralatan, merupakan produksi dari manusia sebagai
homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan
tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan
sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan alat-alat ciptaannya itu, manusia
dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
6. Bahasa, merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia
pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan
dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
7. Kesenian, merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah
manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu
mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
E. WUJUD KEBUDAYAAN
Selain unsur kebudayaan, masalah lain yang juga
penting dalam kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan ada dua
wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah (material) yang memiliki cirri
dapat dilihat, diraba, dan dirasa. Sehingga lebih konkret atau mudah dipahami.
Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja.
Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit
dipahami.
·
Wujud pertama adalah wujud
ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam
alam pikiran manusia. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup dalam
masyarakat dan member jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak
terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu system,
disebut system budaya atau culture system, yang dalam bahasa Indonesia disebut
adat istiadat.
·
Wujud kedua adalah yang
disebut system social, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri.
Sistem social ini bersifat konkrit sehingga bias diobservasi, difoto dan
didokumentir.
·
Wujud ketiga adalah yang
disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya manusia dalam
masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bias diraba, difoto
dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan
masyarakat tidak terpisah satu dengan yang lainnya.
F. ORIENTASI NILAI BUDAYA
Kluckhohn dalam
Pelly (1994) mengemukakan bahwa
nilai budaya merupakan sebuah konsep
beruanglingkup luas yang hidup dalam alam
fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling
berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan
merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara fungsional sistem nilai
ini mendorong individu untuk berperilaku seperti
apa yang ditentukan. Mereka percaya, bahwa
hanya dengan berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl,
dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara
emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap
kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly
(1994) kelima masalah pokok tersebut adalah:
·
Masalah pertama,
yaitu mengenai hakekat hidup manusia.
Dalam banyak kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Budha misalnya, menganggap hidup itu buruk dan
menyedihkan. Oleh karena itu pola kehidupan masyarakatnya berusaha untuk
memadamkan hidup itu guna mendapatkan nirwana,
dan mengenyampingkan segala tindakan
yang dapat menambah rangkaian hidup kembali (samsara)
(Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan seperti ini
sangat mempengaruhi wawasan dan makna
kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak kebudayaan yang
berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep kebudayaan yang berbeda
ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
·
Masalah kedua mengenai
hakekat kerja atau karya dalam kehidupan.
Ada kebudayaan yang memandang
bahwa kerja itu sebagai usaha untuk kelangsungan hidup (survive) semata.
Kelompok ini kurang tertarik kepada kerja keras. Akan tetapi ada juga yang
menganggap kerja untuk mendapatkan status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada
yang berpendapat bahwa kerja untuk mempertinggi prestasi. Mereka ini
berorientasi kepada prestasi bukan kepada status.
·
Masalah ketiga mengenai orientasi
manusia terhadap waktu.
Ada budaya yang memandang
penting masa lampau, tetapi ada yang melihat masa kini sebagai focus usaha
dalam perjuangannya. Sebaliknya ada yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang
berbeda dalam dimensi waktu ini sangat mempengaruhi perencanaan hidup
masyarakatnya.
·
Masalah keempat berkaitan
dengan kedudukan fungsional manusia terhadap alam.
Ada yang percaya bahwa alam
itu dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada
juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang
ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
·
Masalah kelima menyangkut
hubungan antar manusia.
Dalam banyak kebudayaan
hubungan ini tampak dalam bentuk orientasi berfikir, cara bermusyawarah,
mengambil keputusan dan bertindak. Kebudayaan yang menekankan hubungan
horizontal (koleteral) antar individu, cenderung untuk mementingkan hak azasi,
kemerdekaan dan kemandirian seperti terlihat dalam masyarakat – masyarakat
eligaterian.
G. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan
dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara unsur-unsur
kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi
fungsinya bagi kehidupan. Masyarakat dan kebudayaan dimanapun selalu dalam
keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan kebudayaan primitif yang terisolasi
dari berbagai hubungan dengan masyarakat lainnya. Gerak kebudayaan adalah gerak
manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak
manusia terjadi oleh karena ia mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia
lainnya. Artinya karena terjadi hubungan antar kelompok manusia di dalam
masyarakat.
Terjadinya gerak/perubahan disebabkan oleh beberapa
hal, yaitu:
1) Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri
2) Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan
masyarakat dan kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.
Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai
individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk
melalui proses akulturasi. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi
selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi diterima atau
tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya :
1) Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan
dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2) Jika pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan
ditentukan oleh nilai-nilai agama dan ajaran ini terjalin erat dalam
keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan unsur baru itu mengalami hambatan
dan harus disensor dulu oleh berbagai ukuran yang berlandaskan ajaran agama
yang berlaku.
3) Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan
kebudayaan baru.
4) Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur
kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru
tersebut.
5) Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas dan dapat
dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan.
H. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat
erat berkaitan satu sama lain. Manusia di alam dunia inimemegang peranan yang
unik, dan dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia
merupakan makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan
setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk
yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan
lain sebagainya.
Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai
dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan
satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu
tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak
bahwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat
kita lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan
kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah
peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan
yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia
tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan
perwujudan dari manusia itu sendiri.
·
Dialektis
Dialektika disini berasal dari dialog komunikasi
sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik. Kemudian muncul
tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling bertentangan ini
didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari fenomen dialog ini
dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan sintesis. Tesis disini
dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis yakni lawan atau
oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari keduanya baik tesis
dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan pembatalan baik itu
tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi. Dapat dikatakan pula,
kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang lebih tinggi. Tentunya
kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih dipertahankan. Dalam kacamata
Hegel, proses ini disebut sebagai aufgehoben.
Dialektika sendiri sudah dikenal dalam pemikiran
Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah sama dengan isi kesadaran Dalam
sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam pengertian
sintesis. Di dalam sintesis baik tesis maupun antitesis bukan dibatasi
(seperti pandangan Fichte), melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung
tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi tidak
ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan
dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya
(tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi sebagai lawan yang saling
mengucilkan.
·
Tahap Proses Dialektis
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1) Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan
membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan
buatan manusia.
2) Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif,
yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia.
Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi
bahkan membentuk perilaku manusia.
3) Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat
hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Secara sederhana hubungan manusia dan kebudayaan
adalah sebagai perilaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan obyek yang
dilaksanakan manusia. Dalam ilmu sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai
sebagai dwi tunggal yang berarti walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya
merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan setelah kebudayaan
tercipta maka kebudayaan mengatur kehidupan manusia yang sesuai dengannya
B.
SARAN
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu
kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan
kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak
berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan
menggunakan kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak
kebudayaan.
Maka dari itu, sebagai manusia yang berbudaya kita
harusnya mampu untuk terus dan tetap berbudaya sebagaimana hakikat kita sebagai
manusia.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku Manusia dan Kebudayaan karya Prof. Dr. Koentjaraningrat
Komentar
Posting Komentar