Makalah Manusia Dan Harapan
MAKALAH MANUSIA DAN
HARAPAN
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Judul makalah yang saya ambil adalah “Manusia dan Harapan”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu metode pembelajaran bagi Mahasiswa/i Universitas Gunadarma.
Saya menyadari atas kekurangan kemampuan saya dalam pembuatan makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi saya apabila mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini akan lebih baik lagi untuk tugas membuat makalah berikutnya.
Demikian akhir kata dari saya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan sebagai media pembelajaran dalam dunia sosial dan kebudayaan.
Depok, 03 Mei 2018
Penulis
( Annisa Dewi Rakhmawati )
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................
DAFTAR ISI
................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH ...................................................................
B.
RUMUSAN MASALAH ...................................................................................
C.
TUJUAN PENULISAN ....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN MANUSIA ...............................................................................
B.
PENGERTIAN HARAPAN................................................................................
C.
MANUSIA DAN HARAPAN ...........................................................................
D.
SEBAB MANUSIA MEMILIKI HARAPAN ...................................................
E.
PERSAMAAN HARAPAN DAN CITA – CITA .............................................
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN
..................................................................................................
B.
SARAN
..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................
A.
LATAR BELAKANG
Pada
dasarnya manusia dan harapan itu berada dalam satu naungan atau berdampingan.
Setiap manusia pasti mempunyai harapan, manusia tanpa harapan berarti manusia
itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan,
biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada
pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing.
Harapan
juga harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun
kepercayaan kepada Allah SWT. Agar harapan bisa terwujud, maka manusia harus
berusaha dengan sungguh-sungguh dan diikuti dengan berdo’a kepada Allah SWT.
Hal ini disebabkan karena harapan dan kepercayaan tidak dapat dipisahkan.
Harapan dan kepercayaan merupakan bagian dari hidup manusia selama di dunia
karena setiap manusia mempunyai harapan dan kepercayaan kepada Allah SWT.
B.
RUMUSAN PEMBAHASAN
1.
Apakah
pengertian dari Manusia itu ?
2.
Apakah
pengertian dari Harapan itu ?
3.
Apa
hubungan antara manusia dan harapan ?
4.
Apa
sebab manusia memiliki harapan ?
5.
Apa
hubungan antara harapan dan kepercayaan ?
6.
Apa
Persamaan Harapan dan Cita-cita?
7.
Apa
itu Teori Kebenaran?
C.
TUJUAN PEMBAHASAN
Tujuan dari pembahasan materi ini
adalah untuk menjelaskan pengertian dari manusia, menjelaskan pengertian
harapan, menjelaskan hubungan antara manusia dan harapan, menjelaskan penyebab
memiliki harapan, dan menjelaskan hubungan antara harapan dan kepercayaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk yang
paling mulia disisi Allah SWT. Manusia memiliki keunikan yang menyebabkannya
berbeda dengan makhluk lain. Manusia memiliki jiwa yang rohaniah, ghaib, tidak
dapat ditangkap dengan panca indera yang berbeda dengan makhluk lain karena
pada manusia terdapat daya berfikir, akal, nafsu, kalbu, dan sebagainya.
Pengertian manusia dapat dilihat
dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu”(Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk
lain. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta,
sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang
individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
B.
Pengertian Harapan
Harapan berasal dari kata harap.
Artinya supaya sesuatu yang terjadi atau sesuatu yang belum terwujud. Sedangkan
harapan itu sendiri mempunyai makna sesuatu yang terkandung dalam hati setiap
orang yang datangnya merupakan karunia dari Allah SWT yang sifatnya terpatri
dan sukar dilukiskan. Yang mempunyai harapan atau keinginan itu hati. Putus
harapan berarti putus asa. Dan agar harapan dapat dicapai, memerlukan
kepercayaan pada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan
kepada Allah Swt.
Harapan atau asa adalah bentuk
dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu
kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya harapan
berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan
dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada
seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan
harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a.
Setiap orang mempunyai berbagai
cara untuk memenuhi harapannya atau keinginannya, baik dengan cara yang
dibenarkan maupun dengan cara yang dilarang oleh norma-norma agama dan hukum.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pelanggaran dalam
usahanya mencapai apa yang diharapannya, misalnya : faktor lingkungan sosial,
ekonomi, pendidikan, tidak adanya landasan iman yang kuat, kurang rasa percaya
diri, dan kurang pendidikan mental. Dari semua itu dapat berakibat buruk pada
diri sendiri.
Beberapa pendapat menyatakan
bahwa esensi harapan berbeda dengan berpikir positif yang merupakan salah satu
cara proses sistematis dalam psikolog untuk menangkal pikiran negatif atau
berpikir pesimis.
C.
Manusia dan Harapan
Harapan dalam kehidupan manusia
merupakan cita-cita, keinginan, penantian, kerinduan supaya sesuatu itu
terjadi. Dalam menantikan adanya sesuatu yang terjadi dan diharapkan, manusia
harus melibatkan manusia lain atau kekuatan lain di luar dirinya supaya sesuatu
terjadi atau terwujud.
Menurut macamnya ada harapan yang
optimis dan harapan pesimistis (tipis harapan). Harapan yang optimis artinya
sesuatu yang akan terjadi itu sudah memberikan tanda-tanda yang dapat
dianalisis secara rasional, bahwa sesuatu yang akan terjadi akan muncul pada
saatnya. Dan harapan yang pesimistis ada tanda-tanda rasional tidak akan
terjadi.
Harapan itu ada karena manusia
hidup. Manusia hidup penuh dengan keinginannya atau maunya. Setiap manusia
memiliki harapan yang berbeda-beda, orang yang berpikir luas, harapannya pun
akan luas. Begitupun sebaliknya, orang yang berpikir sempit maka harapannya
juga akan sempit.
Harapan itu bersifat manusiawi
dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk
mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Harapan
apa yang baik
2.
Bagaimana
cara mencapai harapan itu
3.
Bagaiman
bila harapan tidak tercapai
Jika manusia mengingat bahwa
kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah
selayaknya harapan manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan
begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat, dan
selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini. Namun kita
sebagai manusia harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan dan
terwujud.
D.
Sebab Manusia Memiliki Harapan
Menurut kodratnya manusia itu
adalah makhluk sosial. Setiap manusia lahir ke dunia ini langsung disambut dalam
suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat
lainnya. Di tengah-tengah manusia lain itulah seseorang dapat hidup dan
berkembang fisik dan jasmani, serta mental dan spiritualnya.
Ada dua hal yang mendorong
manusia hidup bergaul dengan manusia lain, yaitu : dorongan kodrat dan dorongan
kebutuhan hidup.
1.
Dorongan
Kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau
pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu
diciptakan oleh Allah SWT. Misalnya : menangis, bergembira, berpikir, bercinta,
berjalan, berkata, dan mempunyai keturunan. Setiap diri manusia mempunyai
kemampuan untuk itu semua dan dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai
keinginan dan harapan.
Dalam diri manusia masing-masing
sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan dan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup
bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini manusia
dapat mempunyai harapan.
2.
Dorongan
Kebutuhan Hidup
Sudah menjadi kodrat bahwa
manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada
garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Kebutuhan jasmani, misalnya makan, minum, pakaian, dan rumah. Sedangkan
kebutuhan rohani, misalnya kebahagiaan, kepuasan, keberhasilan, hiburan dan
ketenangan.
Untuk memenuhi semua kebutuhan
itu manusia harus bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan karena
kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisik maupun kemampuan
berpikir. Dan dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu
maka manusia mempunyai harapan, karena pada hakekatnya harapan itu adalah
keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sehubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan manusia itu, Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan
manusia menjadi macam. Lima macam kebutuhan itu merupakan lima harapan manusia,
yaitu :
1.
Harapan
untuk memperoleh kelangsungan hidup (survival)
2.
Harapan
untuk memperoleh keamanan (safety)
3.
Harapan
untuk memiliki hak dan kewajiban untuk mencintai dan dicintai (being loving
and love)
4.
Harapan
untuk memperoleh status atau diterima atau diakui lingkungan (status)
5.
Harapan
untuk memperoleh perwujudan dan cita-cita (self-actualization)
a) Harapan dan Kepercayaan
Kepercayaan berasal dari kata
percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercayaan adalah
hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran. Dalam
agama terdapat kebenaran-kebenaran yang dianggap sebagai wahyu dari Allah Swt.
Kepercayaan dalam agama merupakan keyakinan yang paling besar. Dalam hal
beragama tiap-tiap orang wajib menerima dan menghormati kepercayaan orang yang
beragama itu, dasarnya ialah keyakinan masing-masing.
Harapan dan kepercayaan saling
melengkapi. Karena dalam memenuhi atau mewujudkan harapan, manusia harus berusaha
dan berdo’a. Dengan berusaha dan berdo’a sungguh-sungguh kepada Allah Swt
serta mempercayai adanya Allah Swt, harapan akan terwujud dan terpenuhi.
b) Macam-macam Kepercayaan
Dasar kepercayaan adalah
kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu dapat dibedakan
atas :
1.
Kepercayaan
pada diri sendiri.
Kepercayaan pada diri sendiri itu
ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya
percaya pada Tuhan Yang Maha Esa Percaya pada diri sendiri, menganggap dirinya
tidak salah, dirinya menang, dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau
dipercayakan kepadanya.
2.
Kepercayaan
kepada orang lain.
Percaya kepada orang lain itu
dapat berupa percaya kepada saudara, orang tua, guru, atau siapa saja.
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya ternadap kata hatinya,
perbuatan yang sesuai dengan kata hati, atau terhadap kebenarannya. Ada ucapan
yang berbunyi orang itu dipercaya karna ucapannya. Misalnya, orang yang
berjanji sesuatu hams dipenuhi, meskipun janji itu tidak terdengar orang lain,
apalagi membuat janji kepada orang lain.
3.
Kepercayaan
kepada pemerintah.
Berdasarkan pandangan teokratis
menurut etika, filsafat tingkah laku karya Prof.Ir, Poedjawiyatna, negara itu
berasal dari Tuhan. Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia, atau
setidak-tidaknya Tuhanlah pemilik kedaulatan sejati, Karena semua adalah
ciptaan Tuhan. Semua mengemban kewibawaan, terutama pengemban tertinggi, yaitu
raja, langsung dikaruniai kewibawaan oleh Tuhan, sebab langsung dipilih oleh
Tuhan pula (kerajaan).
Pandangan demokratis mengatakan
bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, (kewibawaan pun milik rakyat. Rakyat
adalah negara, rakyat itu menjelma pada negara. Satu-satunya realitas adalah
negara). Manusia sebagai seorang (individu) tak berarti orang mempunyai arti
hanya dalam masyarakat, Negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang
ada, kedaulatan mutlak pada negara, negara demikian itu disebut negara
totaliter, satu-satunya yang mempunyai hak ialah negara; manusia perorangan
tidak mempunyai hak, ia hanya mempunyai kewajiban (negara diktator). Jelaslah
bagi kita, baik teori atau pandangan teokratis ataupun demokratis negara atau
pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Karena itu wajarlah
kalau manusia sebagai warga negara percaya kepada negara/pemerintah.
4.
Kepercayaan
kepada Tuhan.
Kepercayaan kepada Tuhan yang
maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan
sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan berarti keyakinan dan
pengakuan akan kebenaran. Kepercayaan itu amat penting, karena merupakan tali
kuat yang dapat menghubungkan rasa manusia dengan Tuhannya.
Bagaimana Tuhan dapat menolong
umatnya, apabila umat itu tidak mempunyai kepercayaan kepada Tuhannya, sebab
tidak ada tali penghubung yang mengalirkan daya kekuatannya. Oleh karcna itu
jika manusia berusaha agar mendapat pertolongan dari padanya, manusia harus
percaya kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang selalu menyertai manusia. Kepercayaan
atau pengakuan akan adanya zat yang maha tinggi yang menciptakan alam semesta
seisinya merupakan konsekuensinya tiap-tiap umat beragama dalam melakukan
pemujaan kepada zat tersebut.
c) Usaha-usaha Meningkatkan Percaya
pada Tuhan
Usaha itu antara lain:
1)
Meningkatkan
ketaqwaan kita dengan jalan meningkatkan ibadah.
2)
Meningkatkan
pengabdian kita kepada masyarakat.
3)
Meningkatkan
kecintaan kita kepada sesama manusia dengan jalan suka menolong, dermawan, dan
sebagainya.
4)
Mengurangi
nafsu mengumpulkan harta yang berlebihan.
5)
Menekan
perasaan negatif seperti iri, dengki, fitnah, dan sebagainya.
E.
Persamaan Harapan dan Cita-cita
Harapan berasal dari kata harap
yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi; sehingga harapan berarti sesuatu
yang diinginkan dapat terjadi. Dengan demikian harapan menyangkut masa depan.
Cita-cita merupakan Impian yang
disertai dengan tindakan dan juga di berikan batas waktu. Jadi kalau kita
bermimpi untuk menjadi enterpreneur yang sukses, ya… harus di sertai tindakan
jangan cuma berandai-andai saja. Serta jangan lupa di berikan target waktu
sehingga kita punya timeline kapan hal tersebut kita inginkan terealiasasi.
Dari kecil kita pasti dinasehati
oleh orangtua, guru ataupun buku untuk menggantungkan cita-cita setinggi
langit. Semua itu memang benar karena dengan adanya cita-cita atau impian dalam
hidup kita akan membuat kita semangat dan bekerja keras untuk menggapai
kehidupan yang lebih baik di dunia.
Cita-cita yang baik adalah
cita-cita yang dapat dicapai melalui kerja keras, kreativitas, inovasi,
dukungan orang lain dan sebagainya. Khayalan hasil melamun cenderung tidak
logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu yang terbuang untuk menghayal
yang tidak-tidak.
Dalam bercita-cita pun sebaiknya
jangan terlalu mendetail dan fanatik karena kita bisa dibuat stres dan depresi
jika tidak tercapai. Contoh adalah seseorang yang punya cita-cita jadi dokter.
Ketika dia tidak masuk jurusan ipa dia stress, lalu gagal snmptn/spmb
kedokteran dia stress, dan seterusnya.
Tidak semua orang bisa menentukan
cita-cita. Jika tidak bisa menentukan cita-cita, maka bercita-citalah untuk
menjadi orang yang berguna dan dicintai orang banyak dengan hidup yang
berkecukupan. Untuk mendapatkan motivasi dalam mengejar cita-cita kita bisa
mempelajari kisah sukses orang lain atau membaca atau melihat film motivasi
hidup seperti laskar pelangi.
Bila dibandingkan dengan
cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan
cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintang. Antara harapan dan cita-cita
terdapat persamaan yaitu: keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud,
pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih
baik atau meningkat.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pada dasarnya manusia dan harapan
itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Setiap manusia pasti mempunyai
harapan, manusia tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang
akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada
ahli warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan
hidup dan kemampuan masing-masing.
Harapan atau asa adalah bentuk
dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu
kejadian akan berbuah kebaikan diwaktu yang akan datang. Pada umumnya harapan
berbentuk abstrak, tidak tampak namun diyakini bahkan terkadang dibatin dan
dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada
seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan
harapannya menjadi nyata dengan cara berusaha dan berdo’a.
Harapan seseorang juga ditentukan
oleh kiprah usaha atau bekerja kerasnya seseorang. Orang yang bekerja keras
akan mempunyai harapan yang besar. Dan untuk memperoleh harapan yang besar
tetapi kemampuannya kurang, biasanya disertai dengan unsur dalam, yaitu
berdo’a.
B. SARAN
Dalam setiap kehidupan manusia
yang pastinya mempunyai harapan, kita tidak boleh menyerah untuk mewujudkan
harapan tersebut. Karena harapan dan keinginan itu lah yang membuat hidup kita
menjadi berarti di dunia ini, yang terus memberikan dorongan agar kita tetap
melakukan dan memberikan yang terbaik dalam setiap pekerjaan.
Selain itu kita juga harus
berpedoman terhadap kepercayaan kepada Allah Swt, yaitu dengan berusaha dan
berdo’a yang seimbang. Dan diharapkan kita dapat mewujudkan apa yang kita
inginkan dengan tetap berada dalam norma-norma masyarakat yang berlaku dan
tidak merugikan orang lain. Selain itu juga untuk mempersiapkan mental kita
jika harapan yang diinginkan tidak tercapai, sehingga tidak membuat kita putus
asa untuk selalu terus mecoba.
DAFTAR
PUSTAKA
Widyo
Nugroho, Achmad Muchji. 1996. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta:
Universitas Gunadarma
Suyadi
M.P. Drs., Buku Materi Pokok Ilmu Budaya Dasar, Depdikbud U.T. 1984-1985.
Komentar
Posting Komentar